Popular Post

Posted by : Unknown Senin, 03 September 2012



.
Keadaan hari itu di kota Madinah,mungkin sama seperti hari-hari yang sebelumnya yang juga tenang. Kalaupun ada yang tidak biasa di hari tersebut, adalah rencana kunjungan rombongan Bani Tamim kepada Rasulullah saw. Tanpa mengetahui apa maksud kedatangan mereka, Rasul pun menunggu kedatangan tamunya dengan tenang. Hingga pada akhirnya saat yang ditunggu-tunggu pun datang. Rasul mempersilahkan mereka semua duduk dengan tertib.  Semua tamu disalaminya dan mendapat senyuman yang paling tulus, yang membuat masing-masing mereka selalu menganggap bahwa mereka adalah orang yang paling penting dalam kehidupan Rasul.
.
Ketika semua sudah duduk dan menyantap hidangan yang dihidangkan oleh Rasulullah, maka Rasulullah pun berkata, “Semoga Allah swt senantiasa memberkahi kita semua. Apakah maksud kedatangan kalian ini, wahai sahabat-sahabatku semua?”
“Kami semua baik-baik saja ya Rasulullah. Terima kasih telah menerima kami semua. Sesungguhnya kami sekarang ini sedang berada dalam keadaan yang sangat pelik. Kami membutuhkan bantuanmu sekali, jika engkau sekiranya tidak keberatan.”
Rasulullah mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia menunggu saja.
Salah seorang dari mereka bicara lagi, “Sesungguhnya kami ini hendak memilih pemimpin di antara kami….”
“Dan?” Rasulullah berkata ketika ia tidak melanjutkan bicaranya.
“Dan kami tidak punya pengetahuan yang sebagus engkau. Kami sebelumnya telah berselisih siapa kiranya yang akan dan harus jadi pemimpin kami……”
“Begitu ya….?”
Semua orang diam sekarang. Mereka menundukkan kepala mereka. Ada sejumput perasaan malu karena mereka telah melibatkan Rasul dalam urusan yang tampaknya tidak seberapa itu. Rasul masih terus mengangguk-angguk kepalanya. Beliau terdiam. Cukup lama.
Dan ketika Rasulullah hendak membuka mulut, tiba-tiba Abu bakar yang berada bersama rombongan berkata cukup keras, “Angkat Al-Qa’qa bin Ma’bad sebagai pemimpin!”
Semua kepala mendongak memandang Abu Bakar. Ada mata yang setuju namun ada juga yang kelihatannya menentang.
Umar yang juga datang bersama Abu Bakar berdiri, “Tidak, angkatlah Al-Aqra bin Habis.”
Kedua orang itu kini berdiri. Suasana tampak tegang. Rasulullah hanya diam saja. Apakah Abu Bakar dan Umar akan bertengkar?
Abu Bakar dengan sedikit mendelik berkata, “Kau hanya ingin membantah aku saja, hai Sahabatku!”
“Aku tidak bermaksud membantahmu!” jawab Umar.
Keduanya untuk beberapa saat masih saja saling berkata-kata sehingga suara mereka terdengar makin keras. Mereka tampaknya tidak peduli bahwa di situ ada orang lain. Tidak peduli bahwa di tempat itu pun ada Rasulullah, panutan mereka.
Waktu itu, turunlah ayat, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari..” (Al-hujurat: 1-2).
Setelah mendengar teguran itu langsung dari Allah, semua orang di situ tertegun. Sebaliknya Abu Bakar langsung menangis. Setelah ia meminta maaf kepada sahabatnya Umar, ia menghadap Rasulullah. “Ya Rasul Allah, demi Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali seperti seorang saudara yang membisikkan rahasia.”
Rasulullah mendegar itu hanya mengelus-elus punggung Abu Bakar. Ia tersenyum kepadanya. Sedangkan Umar bin Khattab setelah itu berbicara kepada Nabi hanya dengan suara yang lembut. Bahkan kabarnya setelah peristiwa itu Umar banyak sekali bersedekah, karena takut amal yang lalu telah terhapus.
.
Sahabat, mendengar dan menyelami kisah Rasul dan para sahabatnya yang penuh dengan dinamika tetapi selalu dibalut dengan indahnya islam, membuat kita seakan sedang menyelami samudra hikmah yang sangat luas. Banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil dari kisah – kisah mereka.
.
Kisah yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat Al-Qur’an tersebut mungkin memang tidak secara eksplisit memberikan kepada kita makna dan pentingnya kata maaf, tapi dapat memberikan keteladanan untuk kita tentang bab bertaubat dan kerendahan hati, yang akan sangat erat hubungannya dengan satu kata yang akan kita bahas nantinya.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © LantzNa_Atshery - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -